BP ke Benfica???

15 Aug 2009 02:55:53 WIB

KABAR mengejutkan datang dari salah satu klub besar Portugal, Benfica. Peraih 31 gelar Liga Portugal itu kini tengah mendekati striker timnas Indonesia, Bambang Pamungkas.

Menurut situs resmi Benfica, slbenfica.pt, striker yang akrab disapa bepe itu menjadi salah satu buruannya untuk musim ini. Saat ini, proses negosiasi tengah berlangsung antara perwakilan Benfica dengan Bepe.

Benfica berharap proses negosiasi akan segera selesai dalam kurun waktu kurang dari sepekan. Di Estadio da Luz atau yang dikenal juga dengan Stadium of Light, Bepe akan bergabung dengan striker anyar Benfica lain, Javier Saviola dan Keirrison.

Hal ini jelas menjadi kabar yang membanggakan bagi insan sepak bola Indonesia jika salah satu pemainnya bisa bermain kembali di level Eropa. Terakhir, mantan striker timnas, Kurniawan Dwi Yulianto, juga sempat merapat di klub Swiss, FC Lucerne. .


[ Sabtu, 15 Agustus 2009 ]
Deltras Borong Gelar
Penghargaan Bintang Emas Copa Indonesia 2009

JAKARTA - Cerita sukses Delta Putra Sidoarjo (Deltras) di Copa Indonesia berlanjut. Tak hanya merebut peringkat ketiga turnamen sepak bola antardivisi tanah air itu, The Lobster -sebutan Deltras- juga mendominasi perolehan gelar terbaik individu. Apresiasi tersebut diberikan dalam acara Penghargaan Bintang Emas Copa Indonesia 2009 di Hotel Mulya, Senayan, Jakarta, tadi malam (14/8).

Di antara tujuh gelar yang diperebutkan, Deltras meraih lima predikat terbaik. Termasuk, gelar pelatih terbaik yang diberikan kepada M. Zein Alhadad, arsitek Deltras. Dengan torehan itu, pria yang akrab disapa Mamak tersebut menyingkirkan Rahmad Darmawan yang menjadi pelatih

terbaik tahun lalu yang juga berhasil mengantarkan Sriwijaya FC menjadi jawara di musim 2007-2008. Torehan itu sekaligus menjadi pelipur lara atas kegagalannya mempertahankan tim yang ber-home base di Gelora Delta, Sidoarjo, pada kasta tertinggi sepak bola tanah air Indonesia Super League (ISL).

Mamak terkejut dengan raihan itu. ''Ini tentu gelar yang membanggakan. Sebab, tim yang saya bawa itu penuh masalah. Ini akan melengkapi peringkat ketiga yang kami dapatkan,'' ujar Mamak.

Dia juga sangat bersyukur karena empat anak asuhnya tak luput dari predikat terbaik individu. Kiper terbaik menjadi milik Syaifudin, gelandang terbaik Danilo Fernando, gol terbaik Junior, dan penyelamatan terbaik Cristian Rene Martinez.

Sriwijaya FC sebagai jawara hanya berhasil mengantarkan satu pemain terbaik, yakni Charis Yulianto sebagai defender terbaik.

Kekagetan juga melingkupi pemain muda Persibo Bojonegoro Samsul Arif. Dia menjadi striker terbaik dalam Copa Indonesia 2009. ''Saya sebenarnya tidak menyangka karena di posisi nominasi banyak pemain yang memiliki kapasitas lebih baik. Salah satunya Boaz (Solossa),'' ujar Samsul.

Keberhasilan Deltras Sidoarjo mendominasi penghargaan Bintang Emas Copa Indonesia 2009 disambut gembira oleh Deltamania, sebutan suporter Deltras.

Menurut Saiful Bakirok, ketua Deltamania, prestasi ini bisa jadi pelipur lara terdegradasinya Deltras ke Divisi Utama. ''Kami sangat bersyukur, di saat terpuruk Deltras masih bisa mencatatkan torehan bagus di ajang Copa. Pengahargaan ini tidak hanya untuk tim dan mereka meraihnya, tapi juga untuk seluruh masyarakat Sidoarjo" kata Bakirok ketika dihubungi tadi malam.

Menurutnya, penghargaan ini mestinya bisa jadi motivasi tersendiri bagi Deltras untuk menyongsong bergulirnya kompetisi Divisi Utama musim 2009-2010.

Terkait pembentukan tim yang disiapkan untuk kompetisi musim 2009/2010, Bakirok mengungkapkan Deltamania mendukung langkah kandidat kuat manajer The Lobster Vigit Waluyo yang memprioritaskan putra-putra daerah. ''Semangat mereka pasti akan berbeda karena mereka membela tim di mana mereka dilahirkan," cetusnya.

Sementara itu, dalam uji coba kemarin sore (14/8), tim seleksi Deltras menang telak 10-0. Bomber Roberto Kwateh mencetak hat-trick pada menit ke-4, 14', dan 16'. Enam gol lainnya dicetak Abd. Rosyid (27'), Sackiedoe (37'), Reby Cahyadi (49', 52'), Rendy Irwan (60'), Benny (68'), Sugiarto (81'). (vem/ali/ko)

Predikat Terbaik Copa Indonesia 2009:

Pelatih terbaik: M. Zein Alhadad (Deltras Sidoarjo)

Kiper terbaik: Syaifudin (Deltras Sidoarjo)

Defender terbaik: Charis Yulianto (Sriwijaya FC)

Gelandang terbaik: Danilo Fernando (Deltras Sidoarjo)

Striker terbaik: Samsul Arif (Persibo Bojonegoro)

Gol terbaik: Junior (Deltras Sidoarjo)

Penyelamatan terbaik: Cristian Rene Martinez (Deltras Sidoarjo)

Rising Star: Octavinus Maniani (PSMS Medan)
[ Selasa, 11 Agustus 2009 ]
Aris-Indra Berhasil Kelabui Densus 88
Noordin Belum ke Temanggung

JAKARTA - Hari ini, buron nomor wahid Densus 88, Noordin M. Top, genap berusia 41 tahun. Pria kelahiran Kluang, Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968, tersebut diyakini masih hidup. Bahkan, dia diduga kuat sudah menyiapkan serangan balasan atas drama penyerbuan 18 jam di Temanggung, Jawa Tengah.

''Perintahnya untuk mewaspadai serangan balasan. Biarlah tim identifikasi bekerja. Yang tertanam di benak tim adalah itu bukan Noordin. Jadi, kita lebih waspada,'' ujar seorang perwira analis Bareskrim saat dihubungi Jawa Pos kemarin (10/8).

Sumber itu sedang berada di sebuah kota perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. ''Jalur keluarnya Noordin dari lokasi penggerebekan sedang dianalisis serius,'' katanya menolak membeberkan hasil rapat maraton tim analis dengan Densus 88 Mabes Polri itu.

Tim interogasi Densus 88 yang sudah tiga hari intensif mewawancarai Aris Susanto dan Hendra Arif Hermawan yang ditangkap di Temanggung ternyata tidak mendapat hasil signifikan. ''Hari ini (kemarin, Red) akan diinterogasi di Rutan Brimob Kelapa Dua, Depok,'' jelas perwira kelahiran Sleman, Jogjakarta, tersebut.

Pemindahan Aris dan Hendra dilakukan oleh tim khusus Densus 88. Keduanya dibawa dengan pengawalan superketat dari Mako Brimob Polda Jogjakarta menuju Bandara Adisucipto. Kemudian, mereka mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma pukul 13.05 dengan pesawat Fokker milik Densus 88.

Dari Halim, dengan pengawalan tiga mobil, Aris dan Hendra dibawa ke Rutan Brimob. ''Sampai sekarang belum selesai (interogasinya, Red),'' ungkap sumber yang mengaku selalu berkomunikasi dengan tim di Jakarta itu.

Polisi yakin Aris dan Hendra sudah mendapatkan materi taqiyah (menyembunyikan sesuatu dengan berpura-pura, Red). ''Kami menduga mereka sengaja memancing Densus menyerbu rumah Beji, sedangkan Noordin menyelinap jauh,'' tegasnya.

Metode taqiyah lazim digunakan jaringan Al Qaidah di Afghanistan. Satu yang terkenal adalah metode Syekh Ibnu Al Libi yang ditangkap CIA pada 2001. Karena pengakuan palsu Libi bahwa ada proyek rahasia di Iraq, Presiden AS George W. Bush membumihanguskan bumi Saddam Husein itu. Pada 2001, Libi resmi menarik pengakuan tersebut.

Apakah Aris sudah sehebat itu? Bukankah mereka sekadar simpatisan biasa? ''Justru sangat mungkin,'' ujar perwira yang pernah kursus antiterorisme di Singapura itu. Pendidikan teknik taqiyah merupakan materi awal dalam jaringan Noordin. ''Ibaratnya, itu materi basic training atau ospek ala penerimaan mahasiswa baru,'' jelasnya.

Peneliti terorisme yang juga konsultan ahli Densus 88 Dyno Cressbon mengamini pendapat tersebut. ''Noordin itu tiga kali lebih cepat dari polisi,'' ungkapnya di Jakarta kemarin. Pria yang mengaku sudah melihat foto jasad Temanggung tersebut yakin saat ini sel baru binaan Noordin sudah berkonsolidasi ulang.

''Dari informasi yang saya terima, Densus mengawasi seseorang bernama Romi yang diduga sebagai Noordin sejak dari Jatiasih. Tapi, itu bukan berarti Romi memang benar-benar Noordin,'' katanya.

Nama Romi tersebut muncul dari hasil penyadapan Densus 88 menggunakan alat cellular digital interceptor (Jawa Pos, 3 Agustus 2009). ''Harus diingat, ada satuan informan yang sudah digalang Noordin untuk melapis. Kalau satu orang tertangkap, informasi bahwa Noordin diburu itu sudah satu jam lebih cepat sampai ke telinganya sebelum polisi datang,'' tegas Dyno.

Lantas, siapa sosok kurus yang pernah dilihat intelijen Densus 88 sedang makan di kuburan dekat rumah Muh. Djahri? ''Saya menduga itu adalah utusan. Istilahnya, caraka Noordin yang diutus untuk menyiapkan tempat transit atau lokasi pelarian,'' tuturnya.

Sementara itu, diduga kuat, tubuh yang sekarang masih berada di ruang berpendingin di RS Polri Jakarta Timur tersebut adalah Ibrohim, florist Hotel Ritz-Carlton. Ibrohim yang dipersiapkan menjadi ''pengantin'' dalam serangan ke Cikeas itu punya ciri muka yang hampir sama. ''Belum bisa dipastikan Ibrohim atau siapa. Jangan katanya-katanya,'' ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna kepada wartawan kemarin.

Dia menegaskan tak menutup-nutupi hasil identifikasi jenazah Temanggung tersebut. ''Mau Noordin kek, siapa kek, kami tetap mengejar,'' tegas alumnus Akpol 1978 tersebut.

Mantan Kapolda Sumatera Utara itu menjamin polisi transparan dalam kasus ini. ''Tapi, kalau sedang materi pengembangan penyelidikan, kami tidak bisa memberikan. Tolong teman-teman pahami,'' katanya

Setelah penggerebekan, Polri menyebarkan anggota di setiap kota di timur Temanggung hingga ke Jawa Timur. Sejumlah kota menjadi base camp. Namun, yang paling utama adalah Jogjakarta. Sejumlah tim pemburu teroris bermarkas di Kota Gudeg tersebut.

Sumber Jawa Pos mengatakan, Jogja menjadi markas karena terletak di "tengah-tengah". "Menjangkau ke mana pun, di kota mana pun yang menjadi persembunyian Noordin bisa dekat," papar sumber tersebut.

Menurut sumber itu, Noordin sebenarnya belum menginjakkan kaki di Temanggung. "Tapi masih di sekitar Jawa Tengah dan kota di Jawa Timur yang mendekati perbatasan Jawa Tengah seperti Nga­wi," ucapnya.

Di kota-kota itu, basis NII (Nega­ra Islam Indonesia) masih cukup kuat. Salah satu indikasinya, putra Mas Slamet Kastari, teroris pelari­an dari Singapura yang ditangkap Juni lalu di Indonesia, bersekolah di sebuah sekolah yang diduga berafiliasi ke NII di Salatiga.

Sumber tersebut menambahkan bahwa dari pelacakan polisi selama ini, Noordin memang kini te­ngah merapat di kelompok NII. "Terutama sejak pentolan-pentol­an JI kami tangkapi semua. Satu-satunya tempat paling aman bagi Noordin adalah berlindung di balik ketiak orang-orang NII," tutur sumber tersebut.

Persinggungan Dr Azhari dan Noordin dengan orang-orang NII sudah dimulai sejak di Poso. ''Ketika itu, hubungannya masih sebatas sesama 'berjuang' di Poso," urainya. Kedekatan itu mudah terjadi karena NII memang tergolong "saudara tua" JI. Pada sekitar 1993, JI terbentuk dari orang-orang NII yang sudah tidak sepakat dengan bentuk negara, dengan alasan tak realistis, karena NII sudah gagal dalam perjuangannya. "Jadi, memang masih ada ikatan emosi yang kuat," tambahnya.

Kerja sama terjalin lebih erat setelah Dr Azhari dan Noordin kembali ke Jawa. Ini terlihat dari peristiwa Bom Marriott 2003 dan Bom Kedutaan Australia 2004. Heri Golun, sopir sekaligus pengebom bunuh diri, adalah orang NII. Begitu pula Rois -otak pengebom­an yang kemudian ditangkap tersebut- adalah orang NII. Se­iring dengan semakin "habis"-nya (karena pentolan terus ditangkapi, Red) JI, Noordin kemudian semakin merapat ke NII.

Untuk itu, Noordin membawa "faksi"-nya di JI yang masih setia dengannya untuk membentuk ja­ringan baru berdasar orang-orang muda NII. Pilihan itu cukup rasional. Sebab, semua yang dibutuhkan Noordin bisa "dipenuhi" oleh NII. Perekrutan kader muda yang terus-menerus dan fikih jihad yang nyaris sama membuat Noordin tak sulit untuk mendapat pengikut.

Dengan sifat perekrutan NII yang sangat tertutup, banyak anggota baru yang telah dibaiat langsung memutus hubungan keluarga. ''Di Jogja dan Jawa Tengah, sering orang tua yang mengeluh, tiba-tiba anak­nya 'menghilang','' tambahnya.

Menghilang berarti tak bisa di­hubungi. Hanya si anak yang ke­mudian sesekali menghubungi keluarga untuk mengabarkan diri­nya baik-baik saja. ''Biasanya terjadi di kalangan mahasiswa. Si anak merantau menempuh pendidikan dan tiba-tiba kemudian sudah bergabung dengan kelompok itu (NII, Red). Ini se­ring terjadi,'' tambahnya.

Dengan pola perekrutan seperti itu, tentu saja Noordin seperti men­dapat "bahan bakar" yang tidak pernah habis. Dan polisi terus me­nerus kesulitan memetakan jari­ngan baru Noordin karena anggotanya yang terus-menerus baru. ''Kini kami melebarkan seluas mungkin pantauan kami terhadap organisasi-organisasi yang terlihat 'sevisi' dengan JI. Karena di situlah paling mungkin Noordin bersembunyi dan terus-menerus membentuk jaringan,'' tambahnya.

Selain itu, sumber tersebut mengatakan bahwa di Jawa Timur, Noordin mempunyai jaringan yang bisa dimanfaatkan. "Kami kini telah mencurigai Nur Chandra alias Anton yang hingga kini belum tertangkap. Kami masih memetakan ke mana saja Nur Chandra pergi," tambahnya.

Sesalkan Djahri Tak Lapor

Warga Dusun Beji, Kedu, Te­ma­ng­gung, waswas dan terusik oleh pe­ris­tiwa penggerebekan orang yang di­duga teroris di rumah Muh. Djah­ri Sabtu lalu (8/8). Karena itu, mereka menginginkan ke­luar­ga Muh. Djahri meninggalkan kampung itu.

Menurut Kepala Dusun Beji Har­toyo, sebagian warga emosio­nal karena merasa ketenangan ling­kungannya terganggu. ''Warga marah dan berniat mengusir ke­luarga Djahri. Kami akan membahas masalah ini saat rapat selapanan atau setiap 35 hari pada Sabtu Pa­hing nanti," ungkap Hartoyo Senin kemarin (10/8) di Temanggung.

Hartoyo mengakui dirinya kecolongan atas peristiwa itu. Sebab, dia hanya mendengar pengakuan dari Endang Estiningsih, 59, istri Djahri, bahwa ada tamu tidak di­kenal yang datang pada Jumat di­ni hari (7/8). Berdasar aturan, tamu yang menginap hingga 24 jam harus dilaporkan kepada pengurus RT. Sayang, ketika itu, tidak ada laporan dari keluarga Endang.

''Mungkin, keluarga itu baru akan lapor sore harinya setelah tamu menginap selama 24 jam. Jadi, mungkin keluarga itu hanya belum sempat lapor saja," ujarnya. Selain itu, pihaknya tidak bisa intens memantau rumah Muh. Djahri karena berada di ujung dusun, tepatnya di garis perbatasan. (rdl/aga/ano/vie/jpnn/iro)